Posts Tagged ‘Extraordinary’

Seperti Biasa

Seperti biasa, kala tak jaga laptop dan modem ku hampir selalu menyala, jika ada isi pulsanya. Selalu menyala walaupun sering kutinggal untuk yang lainnya, mengerjakan pekerjaan rumah, atau melihat sebentar kotak elektronik yang menampilkan tampilan audiovisual, melihat trik-trik yang dilakukan Gu Enjay di serial drama korea Cruel Temptation atau melihat 7 keunikan yang dirangkum dalam 30 menit tayangan On The Spot.

Tamu Harian

Sepertinya ada tamu harian yang mendatangi Chat Box YM-ku. Resti, setelah crita-criti kesana kemari dengan sambil bertukar pikiran dan mengkhayal banyak hal bersamanya, tiba-tiba nona satu ini mengabarkan berita gembira tentang kedatangan Habibie ke Jogja untuk mengisi Presidential Lecture dalam rangka Dies Natalis UGM dan Program Pascasarjana UGM, di gedung tempat kami biasa berwisuda, Graha Sabha Pramana (GSP) UGM.

Endorphin Surplus

Betapa bahagianya aku mendengar berita itu, dengan limpahan endorphin, neurotransmitter otak yang membuatku girang tak terkira. Seandainya aku hidup di dunia komik, pasti pipiku sudah memerah karena vasodilatasi mirip dengan Gadis Korea dengan dandanan pernikahan tradisionalnya. Seandainya aku hidup di dunia animasi, pasti di belakang punggungku pasti sudah tumbuh sayap hingga aku terbang diantaracherryblossom yang sudah mekar dan sedang berguguran di Jepang sana.

Bagaimana tidak kegirangan, aku sudah dicekokki  tentang kegeniusan Habibie oleh ibuku sejak kecil bak aku dicekoki jamu puyang penambah nafsu makan. Bahkan ibuku pernah berkata dan berkhayal, kalau nanti Habibie meninggal, otaknya akan ditransplantasikan ke siapa ya, agar kejeniusannya bisa diturunkan. Kadang aku heran dengan guru SD yang membesarkanku ini, kurasa kepandaian bisa dipelajari selain harus karena alasan herediter turun-menurun dari peranakan. Ah…kupikir berkhayal sah-sah saja..

mBolang Pulang

Dengan senang hati, kuputuskan mBolang pulang ke Jogja, selain dengan berat hati karena berarti mengurangi jatah cuti, jatah uang pulang dan jatah uang makan untuk transportasi pulang pergi Jogja dan tempat perantauan magangku yang jauhnya 8 jam perjalanan darat. Setelah pasti aku medapatkan tiket masukPresidential Lecture, dengan meneror beberapa kali Si Contact Person dan Resti yang berdomisili di Jogja, akhirnya empat buah tiket ada digenggaman tangan. Para pemimpi ini, Resti, Fresti, ah nama mereka kadang sulit dibedakan, sebut saja Resti sering mendapatkan telepon sebagai Fresti, dan juga aku siap bertemu dengan orang hebat yang  sangat menginspirasi, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (yang selanjutnya akan kusebut dengan “Bapak” dalam tulisan ini).

Luar Biasa Capeknya

Setelah kudapatkan izin dari konsulen-ku dan menyelesaikan pungsi asites pasien ku, akhirnya kusegera melaju ke terminal, menaiki bus kecil dengan sebutan orang setempat “Elf” atau lebih tepatnya berbunyi “Elep” dari belakang rumah sakit. 15 menit perjalanan, akhirnya aku sampai di terminal, dan tentu saja tak bisa menaiki Citra Adi Lancar sebagai satu-satunya bus dari Tegal-Jogja karena bus pagi terakhir sudah berangkat jam10.00 yang lalu dan baru ada lagi sore pukul 16.00. Pukul 11.15, kucari bus jurusan Semarang dan mBolang dengan bus eksekutif menuju Kaligawe Semarang. Kupikir eksekutif sama dengan cepat, tapi tetap saja masih ngetem lama di terminal Pekalongan, hingga akhirnya aku baru mendarat di Kaligawe yang penuh calo pada puku 16.00, yang artinya bus ke Jogja akan semakin langka. dengan tekad ingin pulang, bus pertama dengan tulisan “Jogja” akan kunaiki, dengan tak peduli eksekutif, bisnis ataupun ekonomi. Lama tak naik ekonomi, akhirnya sekali lagi kuhirup udara panas berasap rokok dengan dendangan pengamen jalanan, yang sebagian sebenarnya kutertarik mendengar syair jalanan dari mereka. 21.00 aku sampai di Terminal Jombor, yang artinya 5 jam perjalanan dari Semarang, 2 jam lebih lama dari yang seharusnya. Capek memang, tapi apalah artinya jika dibandingkan dengan Prof.Habibie yang terbang dari Jakarta di usia sepuhnya setelah mengadakan ritual 100 hari kematian Ibu Ainun di usia sepuhnya untuk mengisi Presidential Lecture di Jogjakarta. Sungguh luar biasa.

Mencari Kursi

Setelah menikmati malam, pagi pun menjelang, punggungku memang belum lurus betul menikmati kasur tempat tidur. Tapi aku harus bergegas, mengambil tiket dan mencari kursi terbaik di GSP untuk bisa menyaksikan kuliah Prof. Habibie. Seperti yang kuduga, kursi depan pasti untuk VIP dan di belakangnya bagi yang cepat datang, dan aku hanya berhasil menempati tribun atas kanan, jauh dari Prof. Habibie berada. Tapi tak apa, hikmahnya aku tak perlu memegangi kamera untuk merekamnya, karena ada dinding pembatas tribun sebagai pengganti tripod alami pemegang kamera, alias tangan.

Romantisme Habibie

Kuliah dimulai dengan pembukaan para petinggi UGM, dan dimoderatori oleh Dr. Sugiharto MBA, selaku direktur Pertamina. Beliau membuka dengan prolog kisah cinta “Ainun dan Habibie” yang membuatku tak tahan meneteskan air mata. Kisah ini setara dengan Romeo dan Juliet, dengan kisah berbeda, bukan kisah cinta tak sampai karena pertentangan dua keluarga, namun kisah cinta anak manusia yang saling mencinta dan hanya maut yang berhasil memisahkannya secara raga. Seperti kata Habibie “Di balik seorang tokoh, selalu tersembunyi peran dua perempuan, yaitu ibu dan istri,” romantisme luar biasa, yang bahkan dari sekian web di internet menampilkan puisi yang  ditorehkan Habibie untuk Ibu Ainun.

Buku Ainun dan Habibie

Ainun… Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,  dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja,

lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,

hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini,

aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir,

pada kenangan pahit manis selama kau ada,aku bukan hendak megeluh,

tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,

tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,

sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,

Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

Selamat jalan,calon bidadari surgaku ….

Peletak Dasar Komunikasi Informasi

Selain itu Dr. Sugiharto mengambil prolog mengenai Prof. Habibie yang membintangi iklan Telkomsel, berada di depan, dengan berbagai kawula muda di belakangnya. Bukan bermaksud meng-iklan, tapi ada latar belakang kenapa Bapak membintangi iklan provider telekomunikasi ini, karena Bapaklah salah seorang yang meletakkan dasar mengenai pengembangan telekomunikasi dan informasi di Telkom.

Komitmen Bangsa Pejuang

15 menit, sambutan dan prolog selesai disampaikan. Giliran Bapak untuk menggetarkan seisi ruangan GSP yang telah tua dan berderak, bergetar ketika orang mulai berjalan di tribun lantai dua. Sebenarnya aku khawatir, apakah nantinya Bapak berdiri di podium dan mengisi Presidential Lecture selama 2 jam yang terjadwalkan. Bapak sudah sepuh, 75 tahun usianya, tak bisa kubayangkan betapa lelahnya harus berdiri dan berbicara di podium selama 120 menit lamanya. Dan ternyata, Bapak beranjak dari kursi dan segera menaiki podium kayu berlambangkan UGM itu. Hatiku trenyuh, tak kuasa, karena banyak orang dengan usia di bawah beliau yang sudah sakit-sakitan dan harus masuk rumah sakit sebagai pasienku maupun pasien sejawat lainnya. Lebih trenyuh lagi, ketika beliau menggebu, gebu dengan suara tak kurang kalah dari 60 desibell diperkeras dengan mikrofon benar-benar meruntuhkan hati kami yang pengecut, benar-benar membuat glandula lakrimalis kami tak kuasa mengalirkan air mata ketika Bapak menyebutkan bahwa Bapak sudah tua, akan senang sekali jika bisa segera bertemu dengan Ibu, namun Bapak masih banyak tugas yang harus dilakukan untuk bangsa ini, untuk bangsa pejuang ini.

Selama masih hidup saya berjanji akan saya teruskan perjuangan ini dan saya pastikan  estafet perjuangan ini.

Bangsa Pejuang

Teknologi, Nilai Tambah dan Daya Saing

Dalam kuliahnya yang berjudul :

Presidential Lecture

Prof. Dr. Ing. B.J Habibie

Membangun Daya Saing Bangsa : Tantangan dan Pilihan Kebijakan

Bapak menyampaikan mengenai pentingnya peran teknologi dalam membangun daya saing bangsa. Teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambahsebuah barang, bahkan meningkatkan nilai tambah manusia. Nilai tambah inilah yang akan memberikan daya saing tinggi, sehingga Indonesia bisa bangkitberdikari, Berdiri di Kaki Sendiri. Bapak menganalogikan dengan kisah mobil, yang satu adalah mobil mahal bermerk tanda “peace” atau perdamaian dengan nilai jual milyaran rupiah, dan yang satu adalah sebuah mobil sederhana, sama-sama beroda empat, dengan jumlah kursi yang sama, namun dengan harga berkisar puluhan juta rupiah. Jika keduanya di timbang, maka akan bisa dilihat masing-masing harga mobil per kilogram. Namun ketika kedua mobil itu bertabrakan dan masing-masing dijual sebagai besi bekas, maka harga per kilogram keduanya tak beda. Itulah yang namanya nilai tambah karena teknologi. Nilai yang mampu menambah daya saing suatu barang dan jasa di pasar, di market, karena nilai yang menentukan bukanlah diri sendiri, bukan pula orang lain, tapi market atau pasar.

Pada tahun 1936, Habibie lahir, ketika bangsa ini belum merdeka. Ketika merdeka, Soekarno yang kala itu sebagai Presiden pertama RI, mempunyai kebijakan agar Indonesia bisa Berdikari, dikirimnya banyak anak bangsa untuk bersekolah di luar negeri, menuntut ilmu, untuk kembali dan memerdekakan bangsa dari buta, tuli akan pengetahuan dan teknologi. Habibie adalah angkatan kelima yang berangkat ke luar negeri dengan dibiayai ibunya sendiri. Habibie berangkat  menuntut ilmu di negeri Panser, Jerman.

Di umur 28 tahun, Habibie telah berhasil meraih gelar doktornya, mendapatkan banyak tawaran untuk bekerja di Eropa. Setelah lulus, Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm  atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Habibie menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini. Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

Namun Indonesia memanggilnya pulang pada tahun 1974. Habibie pulang atas dasar komitmennya kepada Indonesia, karena baginya

Anda adalah Anda, Ibu anda adalah Ibu Anda, Ayah Anda adalah Ayah Anda, dan Anda adalah Anda. Anda adalah keturunan dari bangsa pejuang yang akan berjuang bagi bangsanya. 

Habibie dan Teknologi

Maka pulanglah Habibie dengan segala kecerdasan dan kerendahan hati yang luar biasa. Habibie pulang demi komitmen terhadap bangsanya. Padahal bisa saja Habibie menetap di luar negeri sana, dengan gelimangan  uang yang akan diraihnya dari kejeniusannya, atau dengan riset teknologi jutaan dollar, dan kemungkinan godaan nobel yang bisa diraihnya. Habibie pulang dan mulai meletakkan dasar pembangunan industri berbasis teknologi, mulai dari pembuatan kereta, kapal laut, hingga pesawat terbang turboprop  N250 Gatotkaca dengan teknologi pertama di dunia saat itu, Fly By Wire yang mendarat dengan soft-nya tanpa guncangan, yang menjadi pujian dunia yang terbang perdana pada 10 Agustus 1996 pada airshow terbesar ketiga di dunia. Dari 20 orang perintis, Habibie mampu mengembangakan industri teknologi dengan pekerja sebanyak 48.000 orang, jumlah yang besar luar biasa.

N250, Gatotkaca

Runtuhnya IPTN dan Runtuhnya Asa Indonesia

Ketika  pergantian kekuasaan, dengan kemungkinan campur tangan dunia barat yang tak kan suka dengan kemajuan Indonesia, Habibie terpaksa merumahkan 48.ooo pekerja, orang-orang cerdas yang telah membuat Indonesia mampu memproduksi pesawat terbang sendiri untuk pertama kali. Kerja kerasnya selama berpuluh tahun diruntuhkan seketika hanya karena alasan tidak benar dan tidak tepat.

Meruntuhkan kebanggaan Indonesia, meruntuhkan sebuah asa, bahwa suatu hari Indonesia bisa Berdikari dan menjadi bangsa besar di percaturan dunia. Dan kini, sepeda motor-pun impor, Indonesia menjadi konsumen besar ladang pasar potensial bangsa-bangsa barat dan negara produsen lain termasuk China dan India, yang dahulu tak pernah diperhitungkan muncul sebagai raksasa dunia, setidaknya Asia. Kini, Indonesia hanya dipenuhi dengan mall, sebuah godaan konsumerisme bagi anak muda sekarang, dan “anak tua” yang sebagian hanya mengerti berbelanja agar rumput sendiri lebih hijau dari rumput tetangga.

Aku melihat kekecewaan dari hati seorang yang baik hati nya seperti Habibie, kekecewaan besar ketika kerja kerasnya dan timnya dihancurkan dalam sekejap. Aku hanya teringat dengan banyaknya ilmuwan Indonesia yang tak pulang dan menetap di luar negeri karena tak banyak penghargaan akan keilmuan mereka yang bisa diberikan oleh Indonesia. Namun Habibie masih tetap luar biasa, kembali ingin “menghidupkan” Indonesia setelah kekecewaan yang “Indonesia” berikan kepadanya. Luar biasa Prof. Semoga kami bisa menjadi seorang pejuang yang berjuang untuk cita-cita dan mimpi kami. Untuk membuat peradaban yang madani, dan Indonesia yang lebih baik.

Another Habibie’s Inovation

Sebagian karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :

  • VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
  • Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
  • Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
  • Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
  • CN – 235
  • N-250

Dan secara tidak langsung berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:

  • Helikopter BO-105.
  • Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
  • Beberapa proyek rudal dan satelit.

Ichigo’s Writing Series

The Stories of People Lifes

www.dokterichigo.wordpress.com

Sumber:

Catatan Presidential Lecture Prof Habibie, GSP, 26 Mei 2011

Biografi Lengkap BJ. Habibie, http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/02/biografi-bj-habibie-bapak-teknologi-dan-demokrasi-indonesia/

BJ Habibie : http://iconclothinginc.blog.com/2011/01/25/bj-habibie/

 

Ichigo’s Writing Series

The Stories of People Lifes

http://www.dokterichigo.wordpress.com