Posts Tagged ‘Banzai’

Med School Life with Medical Student Syndrome

by Zai Takizawa on Tuesday, December 20, 2011 at 6:02pm

 

Aku cukup yakin, jika dilakukan survey penellitian…akan banyak anak kecil saat ditanya….

“Besok kalau gedhe, mau jadi apa?”  hampir pasti banyak yang jawabannya “Mau jadi dokter”

Tapi aku lebih yakin lagi, kalau emak, bapaknya yang jauh lebih menginginkan anaknya jadi dokter.

Heeeeem… Yup… level evidence-nya memang tidak setinggi randomised control trial  ataumeta analysis…atau bahkan tak setinggi expert opinion(karena yang ngomong aye, not yet an expert fu_u).

 Tapi sepertinya memang banyak realita yang menggambarkan hal seperti di atas…Lihat saja, iklan susu Morinaga* Chil* Ki*  pun pake acara nanya kalau besok gedhe mau jadi apa…. Atau masih ingat“Susan” dan Kak Ria Enes“Susan-Susan-Susan, kalau gedhe mau jadi apa? Aku kepengen pinter biar jadi dokter”  Cuma  Susan ga pernah tumbuh gedhe, kayak Nobita yang tetap kelas 5 SD.  fu_u

 

Setelah gedhe, ketika cita-cita menjadi astronot dan berpetualang di bulan atawa kembalipulang kampung ke planetnya masing-masing ke Mars atawa Venus…(pan katanya Men are from Mars and Women are from Venus yack…) tidak tercapai, alias gatot-gagal total, maka akhirnya memutuskan meraih cita-cita nomer dua…. yaitu dokter. Akhirnya dengan usaha susah payah seperti saia, dan beberapa magic spell  alias doa kepada Yang Maha Kuasa, maka beberapa dari anak-anak yang dulunya lugu pengen jadi dokter karena seperti kata Chilla“Chilla pengen nyembuhin teman-teman Chilla yang sakit”, itu beberapa diterima di sekolah bernamaMedical School  aka Fakultas Kedokteran.

 

 

Huraaaaay….saatnya untuk berteriak BANZAI, you did it Beibeh... Charisa!! Chukae!!! Congratz  telah memasuki Dinasti Kedokteran…. Silakan bersenang-senang sebentar, sebelum nanti akhirnya harus berakit-rakit juga ke hulu. Yup, berakit-rakit juga ke hulu, bahkan ada yang bilang (anonim, alias kagak tahu siapa)….

Jadi dokter itu susah,

Masuknya susahnya setengah mati,

Saat koas mati setengah,

Dan setelah lulus, seperti setengah hidup. (semoga bukan Zombie, Frankenstein  atawa sejenisnya yang masuk species The Walking Dead)

Hahaha…..tapi ingat peraturan pertama…. GA SEMUA YANG LOE DENGER ITU BENER. Alias….pasti ada tingkat subyektivitas pada peryataan yang mengandung kenyataan general. Mungkin pameo itu agak berlaku, ingat ya….“agak” untuk beberapa orang, tapi tidak dengan yang lain…. buktinya teman-temanku hidup dengan senang, bahagia, baik-baik saja. Bahkan banyak dari teman-teman sejawat yang menemukan jodohnya, menikah dengan “saudara sekandung” beda bapak, beda ibu. Hanya di ranah kedokteran ini menikah dengan “saudara kandung” diperbolehkan.  Yup… kami sesama dokter adalah saudara dan teman sejawat… seperti kata Kakek Hippocrates…. Betul kan Kek?

 

Belajar kedokteran itu susah-susah senang, gampang-gampang susah, ya memang pokoke “nano-nano” rasanya. Mau dibikin senang bisa, mau dibikin susah lebih bisa lagi. Hari pertama masuk dimulai dengan sapaan para “sunbae” alias senior di ospek yang jaman itu masih lumayan serem, tugasnya seabrek, yang kata para “sunbae”… “Ini ga seberapa dek, tugas kalian nanti lebih banyak, lebih susah” Hehehe… oke Mas Mbak, di SMA, ospek saya lebih ketat, baju pake diukur, dicentimeter-i,  sampai kayaknya banyak  penjahit yang angkat tangan kalau terima jahitan seragam SMA-ku (tapi waktu aku GVT enggak diukur tuh heheh)… terus bikin name tag  yang lambangnya susah nya minta ampun, pake diukur, tiap hari disuruh ganti, kena marah, apalagi kalau tintanya“mbleber”, dan ukurannya “geseh” sekalipun dalam ukuran kurang dari 1mm…Hedew….fu_u. But I do really love my High School, “Kampus Cemara” ku tercinta.  Karena ospek SMA menurutku jauh lebih horor, jadi saia yakin, saia mampu bertahan untuk “welcoming party”nya Kedokteran ini.  Hwaiting!!!!! Yup saia bertahan…. Ospek SMA kena BL 2 kali,(BL=hukuman…katanya sih kepanjangannya Balik Layar, karena kami yang melanggar, ditreatment di halaman belakang)  Ospek Mahasiswa…aman-aman saja… Uhuy…..seleksi alam tahap pertama terlalui…Saia masih bisa bertahan Om Darwin….Jadi jangan khawatir Om…Gwenchana!!!!

 

 

 

Seleksi alam selanjutnya adalah seleksi alam S1, mulai dari keriting menghafal anatomy, biokimia(Oh Mr. Krebs…fu_u),  sampai kantong kering et causa Sobotta yang berharga lebih dari satu juta, juga skripsi yang bikin tebal muka et tebal hati. Aku jadi ingat, aku paling benci menghafal origo-insersio, padahal aku amat sangat pernah ingin menjadi orthopedist. Hahaha…..dasar, mimpi tanpa usaha yang sebanding!!! Yah… aku pikir.. hampir sama lah, semua calon sarjana juga mengalami tahap ini, walau mungkin dengan spesifikasi kesulitan yang berbeda-beda. Tapi-tapi-tapi....tidak ada yang bisa menandingi seleksi alam terberat yang hanya dialami oleh mahasiswa kedokteran ini, dan tidak mahasiswa lain, yaitu mengalami Medical Student SyndromeMedical Student Syndrome (MSS)  adalah kumpulan gejala dan tanda yang dirasakan muncul diri pada mahasiswa kedokteran, saat mempelajari penyakit tertentu,  dan mereka mulai  mempercayai bahwa mereka menderita penyakit yang mereka pelajari tersebut (1,2).  Huff….

 

 

Ada sebuah kutipan menarik, ga usah diterjemahin yack….

An old adage states: “if a medical student hears hoof-beats outside the window they think it’s a zebra” –in other words they conclude that the common sound is ascribable to the rarer beast. As one continues in clinical medicine , the opposing adage: “common things occur commonly” becomes a more valuable motto.(3)

 

Huff… sudah punya beban mempelajari mata kuliah, masih ditambah beban karena penyakit psikosomatis di tiap mempelajari penyakit. Nosophobia….Hahahaha….parah…. It’s kind of double burden stress… fu_u… You got double punch cause, you have to learn it and memorize it in ur mind but also you have to eliminate ur mind from thinking to have the disease… Kyaaaaa…. deritamu…nak….jadi mahasiwa kedokteran…..

 

 

Saia ingat… waktu Blok Gastrointestinal, saia sering mengeluh sakit perut sampai sering membungkuk,  (padahal mungkin karena gastritis ec saia jarang makan dan  makan tidak teratur) dan mendiagnosis diri sendiri sebagai apendisitis,  dan datanglah saia ke dokter bedah di suatu rumah sakit, yang memeriksa saia dan menyarankan untuk minum barium milkHyaaaaaaaak… rasanya kayak minum parfum rasa mawar, muntahlah saia. Setelah minum sisa barium milk  yang masih bisa tertelan, dan difoto rontgen abdomenRadiolog pun menduga saia terkena Apendisitis, karena tak tervisualisasinya apendiks pada usus saya yang telah diberi kontras barium milk. (Aigoo, I hate my own judgement and diagnose….bisa jadi defect filling-nya karena saya termasuk varian yang ga punya apendiks, atawa  si apendiks lagi males buka lubang…..iya kan, iya kan, iya kan? T____T #mencoba menghibur diri dan mencari pembenaran)

 

 

Huaaaaaaaaaaaa…..OMO-OMO sepertinya apendiks saia harus berakhir di meja operasi T____T.Eits...tapi ternyata cerita belum selesai sampai disini, setelah memesan kamar untuk opname, dan pulang untuk datang keesokan paginya, ternyata-eh ternyata babe ga ngijinin aye dioperasibatal-lah apendiks saia di apendiktomi. Hohohoo….dan saia sembuh setelah beberapa lamanya dengan pengobatan herbal ala babe. Hehehe…. Terpaksa, kamar dibatalkan tapi tetap harus membayar… fu_u… Banzai, alhamdulillah saia sembuh atau cuma psikosomatis Blok gastrointestinal aja ya? fu_u

 

Itu baru Blok Gastrointestinal….di Blok Respirasi, saia hobby batuk-batuk setiap tidur di lantai, atau ke “sentor” sama kipas angin… Maklum… resiko “akhmet”, akhwat metal yang kena angin kencang, pulang pergi naik kendaraan bermotor, dengan jarak tempuh 45 menit sekali jalan dan ibaratnya pergi tak melihat matahari terbit, pulang tak melihat matahari terbenam…. (tapi tetep gosong hiks….T___T). Dan akhirnya saia mendiagnosis diri saiabronchitis. Berhubung masih punya askes dan GMC, jadi saia gunakan fasilitas yang ada untuk memeriksakan diri, hasil rontgen thoraks  mengesankan saia terkena bronchitis.… Hadew…..parah nian psikosomatisku….One more time, I hate my own diagnose….. fu_u

 

Di Blok muskuloskeletal, yang agak menyeramkan karena isinya trauma-trauma dan trauma, ternyata saya juga mengalami muskuloskeletal injury  pada jari tengah tangan kanan saya, setelah melakukan sedikit adegan berbahaya (please…don’t try this at home)  dalam dunia persilatan, eh salah…. pertraining-an. Insiden itu terjadi ketika saia mencobamematahkan pensil dengan jari tengah saja….ingat jari tengah “saja”. Ternyata eh ternyata, satu pensil patah, namun pensil yang kedua tidak patah saudara-saudara….dan  jari tengah tangan kanan saia memerah, bengkak, panas, nyeri… pokoke semua tanda inflamasi ada disana… Hadew…saia takut mau rontgen lagii… jangan-jangan hairline fracture…. fu_u…. tapi untunglah…. cukup imobilisasi, dan prinsip RICE (Rest, Ice, Compress, Elevation)…cukup meringankan nyerinya…Ah sudah… cukup… masih banyak blok tersisa…. nanti orang pikir aku “penyakitan”….Saia sehat saudara-saudara, sekali lagi…saia sehat saudara-saudara. Amin-amin-amin ya Rabb….Hahaha… Sebenarnya…..psikosomatisku terparah hanya tiga kasus itu, yang lainnya baik-baik saja…. Alhamdulillah…. fu_u

 

Eits……tahap seleksi alam belum berakhir nona…. dari sekian banyak yang mengulang ujian untuk bisa masuk ke kedokteran sampai pindah program studi (contohnya saia, sambil nunjuk hidung sendiri), ternyata ada juga yang terseleksi alam, keluar dari kedokteran, baik karena diterima di program studi lain, maupun entah alasan lain kenapa. Seleksi alam selanjutnya menuju dunia koas…alias koasisten atau clinical rotation. Dunia koas memperkenalkan kami pada “hampir” dunia kerja kedokteran yang sesungguhnya.  Saia katakan “hampir”, karena memang tak sepenuhnya, buktinya kami punya LOC atau Learning of Competence yang harus dikuasai…mulai dari hanya melihat sampai bisa melakukan sendiri. Yup…berhubung-berhubung-berhubung….berhubung ini, berhubung itu, ini dan itu yang sambung menyambung jadi satu, maka kebanyakan LOC akhirnya adalah observasi….kyaaaaaaaa….eh..enggak juga dink…..bagi para MANIKOM, Koas Patho Kanan, Koas Fisiologis maupun Koas Patho Kiri yang terberkahi langit..…kalau memang rezekinya dapet kompetensi…ya akan dapet kompetensi……

 

Selain itu, koas memperkenalkan mengenai dunia kerja, mengenai senior junior, mengenaihubungan kemanusiaan, mengenai banyak realita yang kadang tak dijumpai dalam textbook tebal yang bisa buat bantal.  Koas pun mengenalkan tentang banyak hal, untuk bertahan hidup,“survive” mulai dari koas adalah manusia serba bisa, mulai dari  menjadi kurir sampai juru tulis. Koas juga mengajarkan untuk berbagi, terutama jatah makan yang hanya dua untuk makan bersama-sama, segambreng-gambreng orang yang lapar dan pengen makan jatah koas, termasuk jatah mie instan yang dikremes di kala lapar.  Koas mengajarkan untuk bisa tidur kapan saja dimana saja, mulai dari tidur di samping bed pasien, nungguin his sampai tidur di laporan pagi, koas pun mengajarkan apa itu “infeksi nosokomial”.

 

 

Infeksi Nosokomial gampangannya adalah infeksi yang didapat di rumah sakit.  Hohoho… mungkin LOC ada yang kelima, yaitu “mengalami sendiri”…. Suatu saat setelah sayamengejek Chief Residen Interna yang udah CS-an, baik hati, yang sering mengajari kami, karena kena DBD dan harus dirawat di RS tertentu. Tapi ternyata akhirnya saia terkena kutukan danmenderita DBD tepat 5 hari sebelum ujian tertulis interna. Hitung-menghitung saia mengalami masa gawat, saat ujian tertulis, benar saja hari ujian tertulis, saia bebas demam, trombosit saia pun ikut terjun bebas ke level di bawah 57.000/mm3  dan akirnya setelah ujian saia dirawat di IMC Rumah Sakit Pendidikan tempat saia belajar, dengan DHF disertai mimisan, dan nyeri epigastrium…Hohohoho Fu_u.

 

 

Kegundahan saia belum berakhir, seiring trombosit yang meluncur turun, saia juga gundah karena ujian saia yang satunya baru 80%…harus maju sekali lagi dengan Penguji… Tapi Tuhan memang Maha Besar… Mendengar saia sakit… saya tidak perlu maju lagi ujian (saia sudah melalui 3 dari 4 tahap pertemuan dengan beliau) Tapi memang hanya diberi nilai minimal. Tapi tetap alhamdulillah…. pun ujian tertulis lulus dengan nilai minimal bawah, satu dari lima yang lulus (et causa  baru saja menerapkan  perubahan sistem ujian, jadi banyak yang tidak lulus, dan ternyata ada kesalahan standar…jadi setelah direvisi yang lulus nambah lagi…hehehe…). Alhamdulillah… keberuntungan..saya benar-benar beruntung…sekali lagi keberuntungan sedang menaungi saya waktu itu… Thanks God…. Hohoho… ini masuk Medical Student Syndrome, Psikosomatisatau memang Infeksi Nosokomial ya? Sepertinya infeksi nosokomial, ah ya sudahlah…. sepertinya infeksi nosokomial yang satu ini treatable, bisa disembuhkan, dibandingkan infeksi cinta nosokomial alias CINOS….hahaha…plakkk.  Cukup sampai disini cerita Medical Student Syndrome-nya, tak perlu-lah kita bahas stase jiwa…hehehe… ^_^v

 

 

Habis selesai koas, walau bingung mau kemana, tapi setidaknya saia bisa bilang BANZAI sekali lagi….Tapi-tapi-tapi.… ternyata tiba-tiba Bu Menkes mengetok palu kalau kami harus menjalaniwajib kerja selama setahun penuh dengan nama Internship aka Magang, dan saia menyebutnya PTT-oid (berbentuk seperti PTT). Apaaaaaaaaaaaaaa setaon? Huff… ga jadi PTT donkz. Ups…film should be  rewind and reedit Banzai dihapusT__T  Saatnya kerja rodi, tapi kudu ikhlas hati....kalau enggak bawaannya bakal “misuh-misuh” sama Bu Menteri…ye begimane enggak… kelulusan dan dunia kerja sudah di depan mata… Pas lagi,  pas dapat beberapa tawaran kerja tetap menggiurkan di Jogja, eh ternyata belum rezeki… baiklah… Semoga Alloh memberikan rezeki yang lebih, dan barokah dan banyak tawaran setelah lulus internship nanti…. Lama ya sekolah kedokteran… awalnya cepet lho, cuma 3,5 tahun S1 dan 1,5 tahun profesi , jadi kalau lulus tepat waktu, jadi 5 tahun. Tapi ternyata pake acara magang 1 tahun, dan proses menunggu magang 6 bulan, ditambah mungkin nanti setelah magang harus menunggu proses administrasi keluarnya STR, almost 7 years beibeeeeh…fu_u.  Ya sudahlah, begitu kan kata Bondan…. Hahaha… setelah melewati susah senangnya kuliah kedokteran, beberapa teman sejawat bilang, “besok anakku, ga akan kusuruh jadi dokter, sudah susah, lama pulak”. Hahaha kita lihat saja nanti, sepertinya kebanyakan menjadi dokter itu herediter-keturunan, , kecuali saia termasuk yang acquired. 

 

Well…. jadi apapun itu....

Jadilah yang sebaik-baiknya….

Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Semoga setiap kita bisa menjadi ahsanul insan…

 

Seperti kata Marthin Luther King Jr.

Jadilah tukang sapu jalanan…Layaknya Michael Angelo melukis…

Atau Shakespeare menulis puisi

Sehingga segenap penghuni bumi akan tertegun lalu berujar

Wahai inilah tukang sapu jalan yang melakukan tugasnya dengan baik

Bekerja dengan baik

Itulah yang ditempuh banyak orang untuk meraih keberhasilan

 

Hwaiting!!!!!!!!!!!!!!

 

Liza Destaria

Ichigo’s Writing Series

The Stories of People Lifes

http://www.dokterichigo.wordpress.com

 

Referensi :

1. Medical Student Syndrome. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Medical+Student+Syndrome

2. Medical Student Disease. http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_students’_disease

3. Medical Student Syndrome.  http://airmien.blogspot.com/2011/02/medical-student-syndrome.html